Error: No feed found.
Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.
Mimpi pergi ke luar negeri sudah ada sejak dulu kala. Gapapa, kata orang mimpi aja yang tinggi, kan gratis! Udah coba ditahan, tapi ya gitu tetap aja muncul. Justru semakin menggebu sejak akun yang aku follow di Instagram adalah para travel blogger yang punya unlimited stok foto buat diunggah kapanpun. Ngileeerrr~ *ini tips buat meracuni diri sendiri!
Jadi mau cerita sedikit, nih, gimana ceritanya kok akhirnya aku bisa menyerahkan pasporku ke petugas imigrasi bandara. Tahun lalu, bulan September, pagi-pagi setelah bangun tidur, iseng buka handphone dan browsing tiket promo AirAsia. Seingetku promo ini sudah sejak kapan hari berlangsung. Mengingat saldo tabungan yang ngga seberapa, aku sadar diri destinasi mana yang seharusnya aku tuju. Okay, mulai dari negara tetangga, Singapore. Ternyata hasilnya nihil, bukan karena udah sold out, tapi dompetku enggan terbuka.
Akhirnya cari ke sebelahnya, Kuala Lumpur dan Penang. Tetiba saja ingat kalau Penang jadi negara yang pengin banget didatengin. Pertama liat street art-nya yang terkenal di artikel ini. Gayung bersambut, kursi gratis untuk berangkat di depan mata. Tanpa berpikir dua kali, aku booking saat itu juga. Sekalian dengan tiket pulang yang ketika itu dapat harga di angka 300 ribu sekian. Fix, berangkat tanggal 14 Maret dan pulang 18 Maret tahun 2019. Masih ada beberapa bulan untuk nabung.
Sejak awal belum kepikiran mau ke mana dan dengan siapa. Bahkan kalaupun harus solo trip ya hayuk lah berangkat. Ngga mungkin tiket ini hangus begitu saja. Begitu juga urusan cuti kerja yang aku pikir bisa nanti minta dadakan. Namun, tiba-tiba kok sedikit parno dan berkhayal kalau sama teman pasti lebih seru. Ya sudah, sekitar bulan Januari, dengan sengaja aku kirim screenshot tiket ke salah seorang teman. Sudah tahu pasti dia ngga ada kerjaan bulan itu. Dan ternyata benar, dia mengiyakan, Renny namanya. Tarik ulur kepastian buat berangkat terjadi. Lebih tepatnya aku sih yang PHP, ehee~
Deal, aku berangkat berdua sama doi. Sekitar bulan Januari awal belum ada rencana matang mau explore apa, tidur di mana, transportasinya gimana. Semakin dekat tanggal keberangkatan, hati ini semakin serakah. Ngga mau kalau hanya di Penang, sekalian saja ke Singapore dan Kuala Lumpur. Apalagi doi meyakinkan, kalau semua akan aman selama kita menjalaninya berdua, ceilaaah~
Dan mau bagaimana lagi, akutu paling ngga bisa digituin, kaak.. dengan senang hati aku iya-in, dong. Uang mah bisa dicari, kata pikiran impulsif ku saat itu. Rencana awalku yang hanya ingin pergi ke Penang 4 hari, molor semolor-molornya jadi 10 hari. Sudah bisa dipastikan say good bye to my return ticket. Anehnya, ngga ngerasa sayang sama ini tiket. Saking excited– nya sama planning yang lain-lain.
Pelan tapi pasti akomodasi mulai ter-booking satu persatu. Begitu juga dengan rencana destinasi yang seabrek. Berbekal Instagram dan banyaknya aplikasi yang terpasang di handphone, cari referensi dan membandingkan harga sudah menjadi rutinitas baru. Yah meskipun harus berkali-kali menyakiti hati ketika harus dipertemukan dengan harga murah tapi saldo tak mencukupi.
Tuhan sepertinya meridhoi, detik-detik sebelum berangkat ada aja rejeki datang. Akhirnya bisa buat bayar beberapa kekurangan yang belum sempat terpikirkan. Alhamdulillah, cuti sudah disetujui, ijin orang tua sudah di tangan, dan semuanya siap. Tapi kitanya yang masih rempong harus bawa baju yang mana. Fyi, karena tiket pesawat promo, jadi aku ngga dapet bagasi, hanya jatah kabin yang kalau ngga salah 7kg. Eits, ngga masalah, dong, kan niatnya emang mau trip ala backpacker ke sana. Jadi biar bisa luntang-lantung ke mana-mana, satu ransel dan tas selempang sudah lebih dari cukup.
Cek detail itinerary di sini
Bismillah, perjalanan kami dimulai tanggal 12 Maret 2019 dari Surabaya ke Jakarta, penerbangan kita dari Jakarta saat itu. Menginap satu malam di sana sambil berpikir tentang destinasi yang mulai terlupakan karena urusan ini itu. Juga bagi-bagi uang saku antara ringgit dan dollar. Pagi hari sekitar jam 09.00 WIB kami berangkat ke bandara. Pikiranku terbang entah ke mana. Membayangkan banyak hal yang sebenarnya lebih ke rasa dag dig dug penasaran rasanya naik pesawat.
…and for the first time, I flew.