Error: No feed found.
Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.
Sebagai salah satu makanan yang masuk dalam daftar kuliner terbaik, Asam Laksa Penang memang tidak pernah bisa ditinggalkan begitu saja. Kalau mau cari rekomendasinya bakal banyak banget. Bahkan di peta bisa ditemukan hampir di mana saja. Mulai tempat yang kecil, pinggir jalan hingga mungkin restauran. Tenang saja, peta kuliner Penang sudah cukup membantu dan memberikan tempat terkenalnya. Sayang beribu sayang, karena waktu dan lagi-lagi pertimbangan halal dan tidaknya, kami terpaksa memilih sedikit random karena alasan kedua.
Kalau diinget lagi lucu juga kenapa bisa dapat tempat di sini. Sore itu setelah kami hanya makan pagi ala bule dan di isi dengan teochew chendul di siang hari, kami harus otewe ke Batu Ferringhi, menuju penginapan kedua. Sedihnya, kami kurang tau di mana tepatnya harus turun karena sepanjang pesisir pantai seperti tidak ada tempat pemberhentian bus. Dan walhasil bablas terus, kelewat dari tempat yang seharusnya. Akhirnya kami turun di depan Tropical Spice Garden. Sebuah taman tropis dengan beragam tanaman di dalamnya. Sudah bisa ditebak, kan, kalau kami tidak ada niat masuk ke dalam eheheh. Beruntungnya di depan kami ada sebuah warung dan pantai.
Setelah menyeberang dan bertanya-tanya, kami memutuskan untuk makan di sini. Aman, udah bisa dijamin halal. Memilih duduk dekat dengan pantai dan ambruk di atas kursi bersamaan dengan angin yang langsung meniup segar wajah kami. Setelah mengambil sedikit jeda menghirup udara pantai sore itu kami segera memesan dan lagi-lagi meletakkan kepala di atas meja. Angin yang sejuk itu seolah meninabobokan kami berdua. Karena cukup lama pesanan datang, akhirnya kami memutuskan berjalan-jalan sebentar ke pantai. Hanya ada sekitar lima orang di sana, duduk santai di atas pasir yang sangat bersih, halus, dan putih. Semua energi yang menguap dalam perjalanan kembali terisi 50%, sisanya nanti dari makanan eheheh.
Seperti namanya, asam laksa, maka tebakanku rasanya pasti ada kecut-kecut segar. Dan benar saja, memang begitu rasa yang pertama kali dicecap lidah. Mie-nya cukup besar, mirip banget sama udon. Sayangnya ngga sempat foto waktu itu karena baterai ponsel maupun kamera sudah diambang batas. Jadi demi menemukan tempat penginapan kami menghemat.
Baca juga: Rasa Nasi Kandar yang Tidak Terlupakan
Kalau mau dibahas sedikit lebih detail sebenarnya mungkin rasa asam laksa itu enak banget. Gimana ngga, lha wong masuk daftar makanan yang paling enak juga. Tapi sepertinya kalau ngga karena tempat dan perut lapar, kami akan berpikir dua kali atau bahkan berkali-kali untuk makan di sini. Karena tidak ada pembandingnya, kami hanya memperkirakan rasa di tempat lain pasti jauh lebih enak. Jadi, silahkan cari tempat lain untuk rekomendasi rasa yang lebih menjanjikan. Untungnya murah cuma RM4 jadi ngga buat hati tambah gerundel lagi.
Menu kedua yang kami pesan adalah mee udang. Dari penampilannya sudah membuat wajah sumringah. Sedikit mengobati rasa asam laksa yang sedikit mengecewakan. Apalagi ditambah kuah kental warna merah dengan telur kocok yang harum. Dari bentuk mie-nya ngga begitu beda sama yang dipakai di asam laksa tadi. Tapi memang rasa kuah di mee udang lebih kalem, ngga sekuat rasa kecut di menu pertama. Dengan harga RM10, bisa dibilang lumayan lah dari overall rasanya. Yang kurang memuaskan cuma satu. Udang gendut ginuk-ginuk itu udah ngga segar lagi. Kerasa banget kopong dan ga renyah pas di makan. Kalau mau coba plis banget cari tempat yang rekomen biar ngga kecewa.
Kebawa suasana panas, pinggir pantai, dan pengen yang seger, maka timbulah niat pesan rujak manis. Dari penampilan masih normal lah, ya. Ngga begitu jauh sama yang dijual di Indo pinggir jalan gitu. Mungkin dari warnanya aja yang lebih item, terlalu lama di pinggir pantai kali jadi gosong *oke ini ga lucu abaikan. Pas dicoba ternyata rasanya beda, ngga kaya rujak manis bumbu gula merah dan cabe aja. Semacam ada bumbu yang beda tapi ngga tau apa. Apakah semacam petis? Hmmm masih menjadi misteri hingga saat ini. Kalau dari isinya masih sama, sih. Ada jambu air, nanas, timun, dan melon. Tapi, ada satu buah yang beda, mirip mangga muda dan kedondong tapi ngga tau aslinya itu buah apa. Rasanya kecut dan ada getirnya gitu. Mirip buah yang belum mateng. Kalau aku pribadi ngga begitu cocok sama rasanya, but at least try it once for 4 RM only.
Petualangan kuliner itu emang ngga harus ketemu yang enak dan rekomen, ya. Tapi kalau bisa dapet yang kaya gitu bakal lebih bersyukur lagi, sih. Beruntungnya ada pantai di pinggir warung ini yang sedikit mengobati kekecewaan karena bisa sekaligus ngadem dan leyehan. Kalau tadi expect bisa penuhin energi jadi 100% buat menemukan tempat penginapan, tapi sepertinya makanan ini cukup menyumbang 25% doang hahaha.
Selamat berburu asam laksa legendaris, tell me if you find it. The halal one, please!
1 Comment
[…] banyak budget untuk makan enak. Apalagi setelah sore tadi bisa dibilang kami hampir saja kena zonk, check the story here. Juga ditambah dompet yang sudah begitu kencang terikat sejak hari pertama mendarat di Penang. Dan […]