Pagi ini (15 Maret 2019) aku memulai hari dengan tenaga yang penuh untuk berburu street art Penang yang terkenal itu. Bangun lebih pagi dari seharusnya dan packing, iya siang ini aku dan Renny akan check out dan berpindah ke tempat kedua. Namun sebelumnya, kita akan menikmati Georgetown dengan sisi yang berbeda. Dan, mari kita mulai!
Bawalah Peta Panduan Street Art Penang
Peta letak street art Penang– yang kita dapatkan di pintu keluar bandara – sudah di tangan. Baterai kamera sudah penuh, botol air sudah terisi. Karena penginapan sudah include breakfast, kita sempatkan sarapan dulu. Roti dengan selai dan sepiring buah potong cukup jadi amunisi. Aku tak pandai membaca peta sehingga kuserahkan urusan itu ke Renny. Aku bagian mengikuti dia saja mau ke mana sambil jadi tukang poto amatir. Btw, you can get the map here.
Berangkat Pagi adalah Koentji!
Masih jam 7 pagi ketika kita keluar dari penginapan, sengaja mengambil waktu lebih awal memang. Sederhananya buat menghindari keramaian turis pas mau foto sama mural nanti. Jam kerja di sini dimulai sekitar jam 9 atau jam 10. Ya kalau di Indo sama aja sih kan cuma lebih awal 1 jam aja. Jadi menurutku jam 7 itu adalah waktu yang pas, jalan masih sepi dan dan ngga akan terlalu siang untuk menyelesaikan street art. Ohya, karena letaknya menyebar di banyak tempat, tentukan rute lebih awal biar muter-muternya berfaedah.

Baca juga: Rekomendasi Kuliner Penang Halal
Perhatikan Keselamatan di Jalan
Keliling Georgetown Penang untuk berburu street art dimulai dari yang paling dekat dengan penginapan. Di salah satu sudut gang, seorang kakek berdiri tegap menatap kami, badannya kurus dan wajahnya tirus. Awalnya si bapak malu-malu, tapi setelah ditengok barulah terlihat seluruh badannya, sungguh besar syekali, euy! Di tangannya terdapat sebuah dayung, celananya pendek dengan ikat kepala. Ohya, karena street art ini banyak tersebar di pinggir jalan, you guys harus hati-hati ya kalau mau foto. Terutama kalau udah memasuki jam kerja bakal banyak banget kendaraan seliweran.
Setelah berjalan lumayan jauh, kita bertemu dengan seorang anak kecil berbaju kuning yang sedang bermain. Ah tidak, sepertinya dia sedang berusaha meraih sesuatu dengan bantuan kursi. Di dekatnya seorang anak perempuan bertopi lebar sedang tersenyum, entah dia sedang bermain apa. Setelah sedikit menyapa kita melanjutkan perjalanan berkeliling.
Di dekat sebuah perempatan sebuah grup musik terlihat sedang bersiap. Begitu pula dengan para penjual souvenir pernak-pernik khas Penang. Di seberangnya, sepasang adik kakak sedang mengendarai sepeda. Si kakak terlihat bahagia, sepertinya itu pertama kalinya dia bisa mengendarai sepeda yang cukup tinggi. Sialnya, si adik yang jadi korban meski terlihat senang dibonceng si kakak. Lelaki kecil itu terlihat menahan takut di belakang sambil tak melepas genggaman dari baju kakaknya. Aku dan Renny yang melihat itu justru ikutan si adik duduk di boncengan belakang. Sambil sesekali membantu mendorong sepeda agar melaju lebih cepat.



Banyak Spot Tersembunyi dan Mulai Pudar
Di dekat sebuah perempatan seorang anak kecil sedang nongkrong di bawah pohon dengan sepeda motornya. Di belakangnya bocah kecil sedang bermain layang-layang. Lucu sekali pemandangan ini tapi sayang sekali sudah mulai pudar catnya. Tak jauh aku dan Renny bertemu dengan sepasang lelaki dan perempuan bermain basket di gang buntu dekat sebuah penginapan. Di seberang jalan, ada pula dua orang anak kecil sedang membeli susu kedelai kepada seorang nenek. Di sebelahnya, juga ada anak-anak bermain ayunan di pinggir jalan. Wah, banyak sekaliiii, dan aku bahagiaaa bisa bertemu mereka.
Setelah lelah berkeliling dan melihat Georgetown dengan sisi yang berbeda, kita kembali ke penginapan. Barang yang tak seberapa sudah siap diangkut. Setelah bercakap sebentar dengan pemilik guesthouse yang ternyata juga orang Indonesia, kami berpamitan pergi. Tujuan selanjutnya adalah terminal Komtar.



