Error: No feed found.
Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.
Traveling ke Dieng sudah menjadi bucket list sejak semester tiga. Di lantai dua sebuah kontrakan angker tapi masih betah juga aku tempati, kutuliskan mimpiku untuk datang dan menjadi saksi indahnya Dieng Culture Festival (DCF). Tergoda indahnya foto dari Twitter, rasanya sayang kalau sampai aku tak bisa menjadi bagian darinya. Hingga sticky note itu mengelupas dari temboknya, belum berhasil mengantarkan kakiku menginjak Negeri di Atas Awan itu. Tahun ketika aku menuliskan ini juga masih sama, belum bisa menjadi saksi syahdunya DCF.
Tapi, one step closer, at least sebagian mimpiku untuk bisa mengunjungi Dieng terlaksana sudah. Meski tak diiringi iringan jazz atas awan dan tak diselimuti dingin dan rumput bersalju. Meski juga tak ada rambut gimbal yang aku bisa lihat secara langsung tapi mata ini tak henti takjub dengan kehidupan pegunungan Dieng. Tak ada persiapan khusus, rencana dadakan traveling ke Dieng dengan support tempat tinggal di Banjarnegara siap dieksekusi.
Baca juga: Kuliner Wonosobo, Makan Enak di Bumi Ngapak
Perjalanan awal dimulai bersama Logawa seharga IDR 70K dari Jombang ke Purwokerto. Mengingat bahwa Pare terletak di daerah yang cukup tidak strategis alias serba nanggung untuk akses transportasinya, aku dan teman-teman memutuskan untuk berangkat dari Jombang. Pertimbangan biaya jadi faktor utama dengan jarak ke stasiun yang kurang lebih sama. Kalau dari Kediri tiket termurahnya IDR 250K dengan jarak tempuh yang 1 jam lebih lama, sekitar 8 jam. See? There was nothing to doubt about. Kalau dibayangin, 7 jam mungkin memang terasa lama, but trust me, pemandangannya kece bangeet. Apalagi kalau pas dapet rejeki di daerah Wates, Kulonprogo, sunset will show its beauty. Ambil duduk di lajur kiri, and you’ll never regret it. Semoga beruntung, hehehe.
Kami sampai sekitar pukul 8 malam, ngga mungkin banget langsung ke Dieng, kan. Maka kami menginap dulu di rumah seorang kawan di Banjarnegara. Perjalanan cukup lama, sekitar 2 jam. Kebetulan kami dijemput menggunakan mobil jadi sorry, I cant say anything for the transportation.
Selepas dhuhur hari itu, tepatnya tanggal 6 Oktober 2019, kami sudah berkemas. Tentunya membawa barang yang sekiranya diperlukan di Dieng nanti, sisanya kami tinggalkan di rumah. Sesuai rencana, kami akan berangkat lewat jalur Wonosobo dan pulang lewat jalur Banjarnegara. Tak apa meski sedikit agak lama berangkatnya, yang penting bisa mendapatkan pemandangan di dua jalur yang berbeda.
Jam 18.00 kami baru memasuki daerah Dieng dan belum booking penginapan sama sekali. Perjalanan lama ini tentu karena ngga bisa tahan liat tempat bagus dikit. Jalan yang kami lewati sudah amat bagus dan mulus. Untuk kalian yang mau ke sini tapi ngga ada kendaraan pribadi, bisa banget pake bus mini.
Demi perjalanan dini hari menuju Sikunir, kami mencari penginapan sedekat mungkin. Di pos loket, si bapak mengantarkan kami ke penginapan milik kepala desa. Harganya cukup murah sekitar IDR 350K karena pas weekday dan mau di isi berapa orang juga boleh, asalkan cukup. Do not expect too much with the room, yang penting nyaman buat bobo. Air hangat juga sudah tersedia, jadi aman kalau mau mandi meski cuaca dingin. Pilihan penginapan lain juga masih banyak sebenarnya, si bapak akan bantu buat cari. Hanya saja, karena udah malem dan dingin mulai menyerbu kita oke di tempat itu. Kalau kalian mau nge-camp di sekitar parkiran Sikunir juga bisa kok.
One thing I did not really like with this place is the owner. Si ibu pemilik rumah agak sedikit kurang ramah. Jadi ngga rekomen kalau temen-temen ingin berbaur dengan ramahnya orang lokal. Oh ya, personally aku ngga begitu nyaman juga dengan kondisi dapurnya, karena ya gabung sama pemilik rumah dan terkesan terlalu kotor. Tapi kalau hanya butuh air panas, kopi, dan susu sudah tersedia semua di lantai atas depan kamar.
Setelah dapat kamar dan membayar, kami mulai bongkar barang dan persiapan makan malam. Gampang, di cuaca dingin seperti itu semangkok mie kuah panas dengan telur, bon cabe, dan kerupuk adalah jawaban paling tepat. Sengaja kami membeli di warung terdekat karena sudah terlalu lelah untuk keliling cari makanan. Meski sedikit susah untuk tidur, kami paksa untuk tidur lebih awal. Besok pagi buta perjalanan ke Sikunir akan sedikit melelahkan tentunya. Ditambah lagi perjalanan keliling Dieng di hari yang sama. Jadi, mari kita istirahat sejenak dan menunggu esok hari tiba. Traveling ke Dieng tidak akan berakhir dalam satu hari ehe~
4 Comments
Aduh, dieng selalu jadi wacana dan sampai sekarang belum keturutan ke sana 😀
segera budalkan!
[…] Jangan lewatkan cerita Traveling ke Dieng: Transportasi dan Akomodasi […]
[…] subuh kami berangkat dari penginapan, sekitar 10 menit naik motor. Pas itu kita nginep di sini, guys. Kalau mau berangkat sebelumnya boleh banget. Fasilitas di atas bukit udah cukup bagus bahkan […]