Apalah artinya mengunjungi Sikunir tapi tak mencoba kuliner Wonosobo dan makanan enak lainnya di Kota Ngapak tersebut. Meskipun sebelumnya aku tak mencari tahu rekomendasi tempat dan makanan yang harus dicoba, tapi rasanya cukup diuntungkan dengan punya teman orang asli. Dan karena Dieng adalah tempat yang dingin, ngga ada kata tidak buat nolak makanan kan? *alasan doang ini mah*
Ampera Banyumasan
Setelah keluar dari stasiun Purwokerto, kami mampir mengisi perut tak jauh dari kota. Tempat makannya lumayan nyempil, remang-remang pula dari luar. Tapi makanannya luwarbiyasa. Di sini, nih, akhirnya aku merasakan dunia per-ngapak-an. Si mbak menawarkan makanan ke kami dengan logat ngapak yang kerasa banget. Sayangnya, karena kita ngmongnya pake Bahasa Indonesia, ya jadinya dibalas pakai Indo juga. Tapi sekalinya ngapak keluar, waswes waswes, ngga paham, lah. Kelar. Auto download subtitle wks.
Makanan yang dipesan malam itu lumayan banyak, ya saking penasarannya gitu. Salah satu yang rekomen adalah ayam goreng pandan. Sama persis dengan namanya, ayam yang sudah dibumbui ini – dan kalau ngga salah tulangnya juga sudah dipisah – dibungkus dengan daun pandan yang juga ikut digoreng. Kalau mau makan ya dikuliti dulu itu daunnya, kecuali kalau mau dimakan sekalian. Rasanya super gurih, bukan micin kok tapi emang rempah-rempah yang masuk sampe ke dalam dagingnya. Selain itu kami pesan garang asem ayam kampung. Kuahnya enak banget, seger karena asem, ditambah pedes dari cabe yang dipenyet. Terakhir, pepes bandeng yang enak banget bumbunyaaa~ dan dua piring tumis tauge. Worth every single penny, I think.
Jangan lewatkan cerita Traveling ke Dieng: Transportasi dan Akomodasi
Tempe Mendoan Ngga Boleh Ketinggalan
Mba Farida, temanku yang native Banjarnegara, menjanjikan untuk mengajak kami membeli tempe mendoan enak di jalan pulang nanti. Sudah bahagia aku mau ambil foto ini itu. Tapi sayang sungguh sayang, wujud tempe mendoan hanya bisa kusaksikan ketika sudah tersaji di piring sesampainya di rumah. Maklum, terlalu asyik ngebo di jalan ehe~
Kukira, tempe mendoan ya tempe goreng biasa gitu, dibungkus tepung layaknya yang dijual di Jawa Timur. Ternyata, mirip. Kalau di daerah sini, tepungnya hanya digoreng setengah matang, tempenya tentu terasa mentah. Syukurnya tepungnya enak, berbumbu. Kalau aku pribadi ngga begitu suka sih, ya karna masih lembek-lembek gitu ehehehe. Dan ya memang, tempe mendoan menjadi makanan unik dari sini karena cuaca dingin yang sering melanda dan otomatis bawaannya pengen ngemil aja.
Mie Ongklok Wonosobo
Apalagi kuliner Wonosobo yang lebih enak dinikmati dari Mie Ongklok. Cuaca dingin dan kuah kental panas yang bersatu adalah sebuah kenikmatan tak tertahankan pemirsa. Tak perlu ditunda lama-lama untuk mencoba, mulai memasuki daerah Wonosobo kami langsung cari tempat Mie Ongklok enak. Sayangnya mie ongklok rekomendasi Mba Farida tutup. Akhirnya daripada penasaran terus, kami berhenti di Mie Ongklok Pak Slamet, tepatnya di daerah Tosari. Masing-masing memesan 1 mangkok dan sepiring sate ayam dan kambing untuk bersama.
Mie ongklok cukup unik buatku, terutama yang baru pertama kali coba. Mangkoknya kecil sekali kalau dibandingin sama mie ayam normal, sekitar separonya aja. Jadi bisa dibilang ini cuma buat cemilan doang ehehe. Kenyang kok meski ngga bertahan lama. Mie yang sudah direbus sebelumnya dicampur dengan irisan kubis mentah yang kemudian dicelupin beberapa kali ke air mendidih. Setelahnya, disiram kuah kental yang kata Si Ibu campuran kaldu ayam, ebi dan tepung maizena.
Yang mungkin sedikit beda dengan tempat lain adalah toppingnya. Di sini, akan ada tambahan irisan tahu goreng bentuk dadu dan tentu saja bawang merah goreng yang membuat mie tambah tsadaaap. Tidak ada sambal sebagai pelengkap, kalau mau pedes bilang dari awal. Maka Ibu akan menambah ulekan cabe di mangkoknya. Jangan lupa, makannya bareng sate yang tadi udah dipesan, endolita! Harga satu porsi mie ongklok ini murah banget, cukup bayar 7k. Sedangkan untuk satenya mulai harga 15-22k.
Tempe Kemul dan Semur Kentang
Ngga bisa berhenti jajan itu wajar kok. Setelah turun dari Sikunir, pasti banyak banget penjual jajanan di kanan dan kiri. Asap mengepul dari makanan ngga bisa lagi ditolak. Wajib mampir! Di salah satu warung kami pesan minuman hangat, semur kentang dan tempe kemul. Ini hampir sama kaya tempe mendoan menurutku, cuma beda nama doang CMIIW. Kenapa tempe kemul namanya? Ya karna dia kedinginan, makanya butuh dikemulin alias diselimutin ehehe *oke ini garing, abaikan*
Kuliner Wonosobo masih buanyak dari yang udah disebutin ini sebenernya. Tapi cukup rasanya meskipun masih cobain itu doang, ya karena waktu mepet sih. Eh tapi gini sih, makan gorengan sama teh anget doang rasanya udah enak banget. Apalagi di tempat yang juga yahuud sama orang-orang yang seru juga.
Komen ah…
Pingback: Traveling ke Dieng: Transportasi dan Akomodasi – AYMENTARI
Pingback: Tempat Wisata Dieng Wajib Dikunjungi Dalam Sehari – AYMENTARI
Pingback: Kuliner Aceh: Ngga Usah Dicoba, Bikin Kangen – Aymentari