Error: No feed found.
Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.
Mendengar kata Ankara, ada banyak hal yang seketika terlintas di kepala. Sebenarnya ngga banyak waktu yang dihabiskan di sini, kurang lebih dua hari. Tapi entah bagaimana caranya Ankara berhasil masuk ke dalam bilik-bilik ingatan yang meninggalkan kesan cukup dalam. Makanya kalau ada yang ngajakin buat balik ke Turki, mau khususon spend waktu di sini sedikit lebih lama. Oh, tentu saja setelah memperhitungkan tabungan dan lainnya ehehe.
Hal pertama yang menyambut kami ketika sampai di AŞTİ – terminal utama Ankara – adalah kehebohan dengan sopir taksi. Bayangan kalau segalanya bisa mulus seperti di Cappadocia hanya tinggal angan. Ngga ada yang namanya bayar cashless atau pakai beberapa pilihan mata uang. Mereka hanya menerima Lira sedangkan uang kami hanya sisa Dollar dan Euro. Sempet eyel-eyelan sama Pak Sopir biar kita bisa bayar pakai uang yang ada dan minta kembalian Lira tapi dia nolak berkali-kali. Akhirnya si Bapak minta uang tambahan karena harus antar kami ke tempat penukaran uang.
Cerita tarik ulur soal bayar taksi tadi apalagi sebabnya kalau bukan karena kendala bahasa. Di Ankara ngga ada yang namanya menjelaskan dengan bahasa Inggris sebagai bahasa internesyenel. Penduduk sini rasanya sebagian besar hanya bisa berbahasa Turki. Tahu, kan, hasilnya seperti apa? Sepanjang jalan kami terus-terusan komunikasi dengan gugel translate – thanks to this. Dan voila! Kami diturunkan di Sheraton Hotel karena si Bapak bingung lokasi hotel kami ada di mana. Mohon maaf, Pak, budget kami ngga akan nyampe kalau harus lanjut masuk ke Sheraton eheheh. Lagian kalau si sopirnya aja bingung, menurut ngana gimana kami jelasinnya? Wkwkwk. Keterbatasan kaya gini yang pada akhirnya hanya bisa membuatku ngakak dan memilih mengenangnya menjadi hal menyenangkan.
Hal kecil lain yang berhasil meninggalkan senyum cukup lama adalah Boğaz Sk. (Boğaz Alley) yang cantik tempat hotel kami berada. Lokasinya ngga jauh dari Sheraton Hotel tadi, kok, eheheh. Kebayang ngga suasana jalan yang bersih, pohon yang tinggi dengan dedaunan yang menguning, dan mobil berjajar rapi. Jarang ada orang berlalu lalang selain kucing oyen ginuk-ginuk nongkrong pinggir jalan.
Menurutku gang ini punya peredam atau malah dalam mode silent. Ada aura sepi yang tenang di gang ini. Padahal lokasinya ngga jauh dari jalan besar yang ramai. Pernah ketika sore itu kami pulang dari kota naik bus dan turun di pertigaan tidak jauh dari gang ini. Kendaraan cukup ramai sampai kami harus lumayan berhati-hati untuk menyeberang. Suara hiruk pikuk orang di jam menjelang makan malam juga tidak terhindarkan. Tapi setelah beberapa langkah dan masuk gang ini, suara-suara tadi terasa hilang. Tenaaang banget!
Kalau saja rasa lapar bisa ditahan, sepertinya taman kota yang tidak sengaja kami lewati akan jadi pemberhentian yang menyenangkan. Sekilas tidak ada hal yang begitu menarik selain gerombolan remaja yang sedang kongkow sama gengnya. Yang satu lagi siap-siap mau piknik setelah beli amunisi dari toko kecil di pojokan taman. Yang lainnya asyik nyanyi bareng-bareng sambil main ayunan. Di tempat lainnya orang tua sedang duduk di salah satu bangku taman. Mau, deh, ikutan duduk di sana menghabiskan sore ala warga lokal gitu. Next time, lah, Insyaa Allaah.
Belum puas menceritakan Ankara kalau ngga dilihat dari sisi kota metropolitannya. Gedung pertokoan yang padat dan tinggi, trotoar yang luas dan jalan yang lebar penuh kendaraan adalah pemandangan utamanya. Tidak begitu banyak hal yang bisa dilihat di sini ketika pagi selain jalanan yang masih cukup longgar untuk bisa dipakai berjalan pelan. Bahkan kami ngga perlu berdesakan di stasiun metronya. Seneng, deh!
Siang harinya kota telah menjelma menjadi lautan manusia. Daerah pertokoan lama di Altındağ penuh oleh pedagang. Baju murah, koper, bau kebab yang memenuhi hidung, dan simit yang bertumpuk tinggi. Tidak ketinggalan pemandangan ekmek yang baru diturunkan dari mobil besar sebelum berpindah tangan dalam kantong kresek dan dibawa pulang. Sambil beristirahat kami ikut duduk bersama warga lokal di bawah patung Ataturk yang megah. Bahasa Turki yang keras dari pelantang suara menjadi latar. Burung-burung dara yang beterbangan karena senang mendapat makan dari bocah-bocah kecil di sana. Semuanya terekam dalam satu bingkai ingatan yang menyenangkan!
Satu hal lagi yang membuatku penasaran tapi ngga berani lihat dari dekat adalah lotre. Well, ini sebenernya dugaanku, sih, tapi yakin banget kalo bapak-bapak dan kakek-kakek yang banyak bergerombol itu lagi main lotre. Ini seriusan banyak aku lihat di trotoar jalan. Lumayan heran, sih, ternyata hal kaya gini terpampang nyata di mana-mana.
Terakhir, perjalanan Ankara ditutup dengan duduk melamun di salah satu halte sebelum bus mengantarkan kami kembali ke hotel. Di tengah penduduk yang mengular dalam antrian bus kami bercakap dan memperhatikan tempat ini lebih lama. Di antara hiruk pikuknya kota besar, ada hal yang entah bagaimana membuatku tidak merasakan lelah berada di sana. Hal kecil yang bersinggungan dengan kami selama satu hari ini menambah poin plus sangat banyak untuk Ankara.
Mari kembali ke sini suatu hari nanti!
2 Comments
[…] Baca Juga: Alasan Lain Kenapa Ankara Harus Dikunjungi […]
[…] Baca Juga Tentang Vibes Ankara […]