Error: No feed found.
Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.
Jauh sebelum eksplor Penang, banyak sekali imajinasi muncul bergantian, pun dengan ragu. Ditambah lagi ada teman yang bilang kalau di sana ngga ada apa-apa, jadi mending bentaran aja. Eits, justru rasanya pengen membuktikan sendiri ke sana, masa iya ngga ada yang menarik perhatian?
Pertama kali menjejakkan kaki di bandara dan menghirup udara sana aku belum ngerasain “luar negeri”. Maksutnya masih ngga beda jauh sama Indonesia. Cuaca panasnya 11-12 kaya Surabaya, cuma di sana 1 jam lebih cepat aja. Juga, orang-orang yang seliweran masih sama, wajah orang Melayu. Ketahuan beda pas mereka mulai ngmong ala Upin Ipin. Oooh iya bukan di Indonesia lagi. Masih di bandara hatiku sedikit menciut, semoga Penang ngga mengecewakan. Mari kita eksplor!
Keluar dari pintu Bandara Antarabangsa Penang, tujuan utama adalah penginapan. Aku ngga punya rencana apa-apa selain meluruskan punggung di atas kasur, bersihin badan, dan makan. Setelahnya barulah mikirin mau ke mana. Jarak dari bandara ke pusat kota sekitar satu jam dengan bus. Kalau mau lebih cepat bisa sih, naik grabcar. Tapi ya gitu harganya lebih mahal, kalau ngga salah grabcar sekitar RM 22 sedangkan bus cukup bayar RM 2.7 per orang, see?
Kemarin kami sempat cari referensi tentang kode bus untuk tujuan utama Georgetown tapi rasanya masih sering ragu. Jadi kita cek beneran lokasi penginapan di sebelah mana, baru setelah itu tanya ke pak sopir sebelum naik bus. Pemberhentian tujuan Georgetown cukup banyak. Jadi perhatikann pemberitahuan di layar biar dapet halte terdekat dari tempat penginapan. Hemat tenaga untuk jalan kaki hehhee.
Oya, kalau mau naik bus lebih baik siapkan uang pas karena pak sopir ngga akan kasih kembalian ke penumpang. Uang akan dimasukkan dalam kotak ketika naik, jadi biar ngga boros tukar uang yang nominal kecil aja. Fasilitas bus Rapid Penang lumayan enak untuk penumpang, ada AC dan jendela yang lebar. Ngga perlu panas-panasan dan bisa jelalatan kanan kiri.
Sepanjang perjalanan aku ngga berhenti senyum-senyum. Bukan karena apa, tapi baca tulisan dalam bus, banner pinggir jalan, rambu lalu lintas bahkan sampai tulisan di warung dan toko. Rasanya kaya main tebak-tebakkan sendiri, belajar cari artinya. Sebenarnya bahasa Melayu ngga beda jauh sama bahasa Indonesia, gampang-gampang susah buat dipahami. Banyak banget kata yang diserap dari bahasa Inggris dan ditulis sama persis seperti cara pengucapannya. Contoh nih, bus ditulis bas, motorcycle ditulis motorsikal.
Lucu lah pokoknya buat aku yang secara langsung baca di tempat asalnya. I was getting more excited! Selama di bus wajah yang muncul mulai beragam. Orang-orang india mulai naik dan turun. Juga penduduk dengan wajah mandarin. Inilah percampuran budaya yang mungkin berimbas pada beragamnya kuliner di Penang. Tsadaaap!
Setelah turun dari bus, kita agak kebingungan cari jalan buat ke penginapan. Beruntungnya ada sim card lokal yang dibeli Renny sebelum keluar bandara. Harganya ngga begitu mahal sebenarnya, RM 26 untuk 7 hari. Ada beberapa pilihan provider dan paket tapi kita memilih ini karena lebih murah dan kita ngga terlalu lama di Malaysia. Oya, informasi soal penginapan dan harga bisa diintip di sini, ya.
Buat bisa eksplor Penang sebagai tempat wisata dengan banyak turis cukup gampang, tinggallah di salah satu penginapan di Georgetown. Ketika memasuki daerah ini rasanya seperti tinggal di tempat yang kuno, tapi dengan kehidupan yang modern. Bangunan yang berjajar rapi di sepanjang jalan adalah gedung-gedung besar yang sudah terlihat tua tapi masih cantik. Inilah tujuan wisata yang tepat buat kamu pemuja sejarah dan bangunan tua.
Georgetown lumayan kecil, cukup jalan kaki untuk keliling. Atau kalau mau lebih seru bisa sewa sepeda yang tersedia di salah satu sudut dekat Masjid Kapitan Keling. Ketika siang hari, jalanan akan dipadati penduduk lokal yang bekerja. Meski sebagai kota tua tapi kehidupan perdagangan, wisata dan segalanya benar-benar terasa hidup. Ketika masuk sore ke malam hari, toko-toko akan banyak yang tutup. Digantikan dengan kafe-kafe yang membuka lapak dan kursi di sepanjang jalan. Sebenarnya Georgetown bisa dibilang sepi ketika malam kecuali memang pusat hiburan malam.
Salah satu sudut yang rekomen untuk tempat nongkrong adalah di Love Lane, banyak kafe di sini. Tempatnya juga ngga jauh dari Chulia Street Night Hawker Stalls. Mau makan khas Penang banyak di sini. Tapi, kalau halal menjadi pertimbangan, harus hati-hati deh. Susah-susah gampang carinya. Cara buat meyakinkan diri adalah cari warung atau food stalls yang ada logo halalnya, dan jangan lupa baca bismillah sebelum makan.
Sebagai tempat wisata, Georgetown menawarkan destinasi wisata yang lumayan lengkap sebenarnya, sayang sekali kita tak punya banyak waktu untuk dihabiskan di sini. Misalkan saja, dari Love Lane, kalau mau liat sunrise bisa jalan ke Pangkalan Jetty, rumah penduduk yang dekat dengan pantai. Wisata sejarah ya ngga usah ditanyakan lagi, museum banyak di sini, tapi ya gitu, berbayar. I can’t recommend such places since I didn’t visit them. Mau main ke mall juga dekat, meskipun di sini bukan tempat modern ala ‘kota besar’ dengan gedung mall yang besar dan berjajar.
5 Comments
Niceee ❤️❤️❤️❤️
Thank you, Li ❤️
[…] aku sudah sempat buat cobain nasi kandar, soal rasa, harga dan reviewnya bisa langsung cuss aja ke sini, […]
[…] Baca juga: Menjelajahi Georgetown […]
[…] Baca juga: Kesan Pertama di Penang […]