Belum pernah terlintas sebelumnya untuk menjadikan Semarang sebagai kota tujuan wisata. Bahkan, untuk memasukkannya dalam bucket list jalan-jalanku juga ngga kepikiran. Tapi lagi-lagi sebuah keputusan labil berhasil mengantarkan aku menjelajahi kota panas yang sungguh asing ini.
Naik Apa Nih Yang Murah?
Godaan memang datang dari mana saja, termasuk tiket murah meriah. Semarang yang tak pernah sekalipun terlintas dipikiranku sebagai kota wisata eh tiba-tiba masuk pertimbangan utama. Ya gimana ngga, harga 49k dengan Maharani dari Surabaya Pasar Turi cukup mengalihkan imanku dari Bandung, kota tujuan awal. Sayang sungguh sayang waktu tak berpihak. Akhirnya aku dan Renny memilih Ambarawa Ekspress seharga 100k dengan waktu tempuh yang kurang lebih sama, 4,5 jam. Namanya juga random buat ke sini, maka random juga ketika memilih penginapan. Pokoknya yang ngga mahal, deket kota, dan deket stasiun. Jiwa backpacker ini kok ngelunjak juga, ya? Haha!

Penginapan Murah di Kotalama
Dari banyak pilihan, Hotel Pantes Pekojan adalah jawabannya. Honestly tempatnya biasa saja. Yaiyalah, Hayati, harga 175k/malam mau minta hotel macem gimana kan. Jaraknya kata Google Maps lumayan dekat dari Stasiun Tawang, sekitar 1km. Kalau jalan kaki ya hanya perlu 10 menit aja sih, perkiraan juga. Kita sampai tepat ketika adzan magrib, langsung memutuskan untuk otewe ke penginapan biar bisa langsung leyehan. Sip, jalan kaki mantaps!
Ngga begitu rame jalanannya, malah bisa dibilang sepi, sih. Beberapa tukang becak lewat sambil nawarin. Sempet tergoda karena sedikit insecure sama sepinya. Tapi pantang mundur, jalan terus sambil terus ngecek Maps. Sudah mayan dekat tapi belum ada tanda-tanda keramaian yang seperti di kota-kota besar. Semakin bingung aja, takut salah jalan atau gimana gitu. Beberapa bapak-bapak dan mas-mas mulai buka lapak di pinggir jalan. Mau tanya tapi was-was. Mau naik gojek tapi udah deket. Ya sudah lanjut jalan lagi dan syukurnya kita ngga salah tempat. Kebetulan waktu itu lantai satu sedang renovasi jadi kita langsung ke lantai 2 untuk check in.
Wait, kalau ditanya tempat ini rekomen apa ngga, dengan harga segitu menurutku ya cukuplah untuk istirahat. Kebetulan ke sana pas pertengahan 2018, sekarang tentu sudah lebih banyak opsi. Kondisi kamarnya seperti apa langsung cek ke app aja deh biar puas. Tapi, kalau memang ngga mau ribet soal akses ke kota ya lebih baik skip dan cari yang affordable but convenient one.
Faktanya, Semarang itu…
Well, malam pertama tak ingin dilewatkan dengan tiduran. Setelah beberes kita pesan ojol tujuan Lawang Sewu. Pertama karena kita lapar, kedua karena kita janjian ama temen. Ketiga, karena kita butuh motor untuk besok dari temen yang mau ditemuin ini. Btw, makasih ya Nasir udah pinjemin motor ke temen yang ngga punya aturan gini eheheh. Dalam perjalanan aku merasa kalau daerah penginapan kita memang bukan pusat kota. Kata temanku daerah bawah, lebih tepatnya di Kotalama. Kalau daerah atas itu Ungaran, CMIIW. It felt like we live in a totally-different ambience. Berasa daerah sepi buat istirahat aja gitu, bukan buat dunia malam yang rame. Syukurnya selama empat hari di sana nothing happened.
Belakangan setelah aku gugling lagi, lokasi Kotalama ini memang lumayan dekat dengan pesisir yang mana menurut sejarah daerah yang cukup ramai untuk perdagangan karena aksesnya yang mudah. Juga ngga heran kenapa menurutku di sini lumayan banyak didominasi penduduk Tionghoa. Plus, setelah pagi dan keluar aku baru sadar kalau hotel yang aku tempati berada di tengah-tengah pertokoan. Iya semacam pasar besar dengan bangunan tua yang mendominasi. Bagus juga sih kalau mau keliling sini sore hari buat foto ala-ala.
Semarang, meski tak begitu mengesankan pada awalnya tapi masih membekas kenangan dan rasanya sampai sekarang. Bahkan jalanan yang sering kulewati untuk pulang dan panasnya masih jelas terbayang di ingatan. Penasaran mau ke mana aja selama di Semarang? Boleh kok intipin di sini, ohya sekalian sama makanan enak yang sempat aku cobain, ya!
Happy holiday!
Leave a Reply