Keindahan kota Romawi kuno, Ephesus, berhasil mengalahkan kegalauan antara mau menyelipkan tempat ini atau ngga. Iya, literally menyelipkan karena dibelain terbang dari Ankara menuju Izmir dan malamnya akan langsung menuju kota selanjutnya. Kebayang ngga, sih, sibuknya jadwal kami? Ehehehe… tapi seriusan, deh, ngga ada penyesalan sama sekali setelah banyak kejadian seru selama di Selcuk. Pssst… ini khususon bisa didapetin kalau kamu ngga ambil paket tur, yak!
Orang-Orang Baik Dalam Perjalanan
Rejeki nomplok dapet tiket lumayan murah dari Ankara ke Izmir yang kalau ditempuh naik bus bisa makan waktu kurang lebih 8 jam ngga akan kami lewatkan. Mendarat sekitar jam 2 siang, kami langsung bergegas menuju MRT yang akan mengantarkan kami ke Selcuk. Seharusnya otewe kami menuju Ephesus sore itu gampang dan cepat. Tapi aku ngga nurut apa yang dibilang gugel dan malah ngintilin orang menuju ruang tunggu yang agak sedikit jauh dari peron utama. Menit berlalu dan semua orang hanya duduk diam menunggu. Satu kereta yang jadi tujuan kami lewat begitu saja. Ternyata oh ternyata orang di dalam situ ngga setujuan sama kami, mengcapeek! Sok ngide emang!
Dengan modal nekat kami akhirnya melipir deketin seorang cewe yang terlihat bisa bahasa Inggris. Syukurnya dia baik banget. Meskipun ngga bisa ngomong lancar, tapi dia bantuin cek di web, ketik di gugel translate kalau bingung mau ngomong apa, sampai nyamperin bapak petugas karena takut salah. Ujung-ujungnya kami ditemenin sama seorang petugas yang kebetulan naik kereta yang sama dengan kami. Setelah sampai di stasiun transit, si bapak menitipkan kami ke orang lain yang menuju Selcuk. Teşekkürler~
Panen Jeruk di Selcuk
Sebelum jam 3 sore kami sudah tiba di Selcuk dan disambut dengan angin kencang yang dingin menusuk tulang. Langsung saja kami meminta sopir taksi mengantar ke terminal yang disambut dengan penolakan. Si bapak ngga mau mengantarkan karena jaraknya yang terlalu dekat. Yaa ngga masalah juga sebenarnya, tapi kasian banget ini koper melewati halangan rintangan trotoar yang bergeronjal. Thank you karena sudah ngga rontok di jalan, ya!
Anyway, jalan kaki yang hanya 10 menitan itu ngga berasa sama sekali. Mata kami terdistraksi dan ngga bisa berhenti melototin pohon-pohon jeruk di sepanjang jalan. Masalahnya bukan hanya pohonnya, tapi dilengkapi buah warna oren yang buwanyak buwangeet! Ngerti ngga, sih, gimana cantiknya dan gatelnya tangan ini buat panen semuanya trus dibawa balik gitu? Long story short, setelah mengatur strategi dan menahan malu demi rasa penasaran yang ngga ketulungan itu, kami dapat spot paling strategis. Dengan ancang-ancang yang kuat, aku berhasil ambil dua buah jeruk dalam sekali loncat. UWOOOOW auto ketawa kegirangan!
Dari luar baunya segeeerrr banget! Langsung kami kupas di tempat dan sedikit curiga karena warna kuningnya yang pucat. Setelah menjilat sedikit, wajah kami langsung meringis menahan kecut yang menyebar ke seluruh mulut. Ditambah lagi rasa pahit dari kulit jeruk yang ngga hilang-hilang. Bukannya ngomel karena zonk kami malah ngakak makin kenceng karena kebodohan ini. Pantesan ngga ada satu orang pun yang nyomot jeruk sebanyak itu. Pantesan masih ada penjual jeruk di bawah pohon jeruk eheheh. Well, lesson learned!
Ephesus dan Puing-Puing Sejarah
Rasa penasaran sudah terpenuhi, waktunya kembali ke misi awal mengunjungi kota Romawi kuno. Ngga mau ribet nunggu angkot dan ngetem lama, kami nego ke sopir taksi untuk mengantar ke Ephesus. Cukup murah, sih, karena kami skip ke Virgin Mary. Syukurnya meskipun sudah cukup sore dan sepi, tapi loket masih buka.
Setelah melewati pintu masuk, hal paling menyenangkan yang aku lihat adalah sambutan dari para anabul gemoy dan kiyowo. Jumlahnya bukan satu dua doang, tapi puluhan! Oh, I was a happy visitor! Anyway, Ephesus ini adalah tempat yang sangat luas, guys. No wonder, selama masa kejayaan Romawi Kuno dulu, Ephesus jadi kota terbesar kedua setelah Roma. Lah, emang Roma luas juga? Nanti, deh, aku buktikan dulu eheheh. Ketika aku ke sana, masih banyak tempat di Ephesus yang tertutup untuk umum. Semoga para arkeolog bisa menggali dan mempelajari situsnya lebih dalam, ya, biar bisa dibuka untuk umum nanti. Tinggal siapin kaki biar ngga gempor keliling Ephesus ehehe.
Ikon Ephesus yang Terkenal
Tapi tenang, pemirsa, meskipun banyak tempat yang masih ditutup, sebagai bagian dari situs warisan dunia UNESCO, Ephesus masih memiliki bangunan ikonik yang cantik. Setelah melewati jalanan kunonya dengan pilar, patung, dan reruntuhan di kanan kiri, kami berhenti di The Temple of Hadrian sekalian istirahat sebentar. Hadrian ini fyi adalah salah seorang kaisar Romawi di sekitar tahun 117. Tampak depannya masih terlihat utuh dan cantik kalau dibuat foto eheheh.
Selanjutnya yang ngga akan bisa terlewatkan adalah fasad The Library of Celsus. Ya gimana mau kelewat kalau ini yang dicari ketika datang kemari. Dari tampilannya yang megah sudah terlihat dengan jelas besarnya perpustakaan ini dan makin penasaran sama Ephesus jaman dahulu kala. Pokoknya cucok meyong lah kalau dilihat terus apalagi karena pilarnya yang besar dan cantik itu.
Sudah puas berfoto di sini, tepat di sebelahnya ada The Gate of Augustus yang akan mengantarkan pengunjung menuju ke The Theatre of Ephesus. Duduk di teater terbuka ini aku baru sadar kalau lokasinya di lereng bukit dan menghadap ke Laut Mediterania. Ngga jauh dari situ terlihat juga jalan yang lebar menuju ke pelabuhan yang saat itu ditutup untuk umum. Pengen banget bisa jalan ke pelabuhan dan liat laut di depan mata. Tapi kalau ngga salah jaraknya lumayan juga, sih. By the way, teater ini biasanya masih dipakai buat pertunjukan juga, lho! Semoga ada rejeki buat lihat langsung di sana, ya! Aamiin…
Meksipun trip ke Selcuk ini amat singkat, ngga sampai 12 jam, tapi kesannya menyenangkan. Merasa benar-benar menikmati perjalanan yang padat tapi santai dan seru. Dan biarlah kami menutup trip ini bersama dinginnya angin malam yang berhembus kencang di kegelapan terminal bus. Bbrrr~
Pingback: Itinerary Turki dan Budget untuk Trip 11 Hari – aymentari
Ngakak bgt sama jeruknya hahaha emang hiasan aja yahh… btw ini perginya pas bukan April kah? Dan suhunya berapa derajat kak di sana?
Hi, thank you sudah mampir, salam kenal yaa~
Iyaa ternyata pohonnya emang hiasan doang dan bahkan dirontokin kalau emang udah banyak bgt gitu wkwkwk. Waktu itu ke sana sekitar bulan Januari dan suhunya masih di bawah 10 derajat, sih.